Hindu Agama Terbesar di Dunia
(Hinduism, the Greatest Religion in the World)
XV + 191 hal
Oleh :
Stephen Knapp
Yadnavalkya Dasa
David Frawley
Satguru Sivaya Subramuniyaswami
Klaus K. Klostermaier
Editor : Ngakan Made Madrasuta
Diterbitkan oleh : Media Hindu
Agama Hindu adalah Peradaban Satu Milyar Dollar
Ada Banyak budaya dan agama di dunia ini, semuanya bisa saja menawarkan
aturan moralistik elementer namun bukan pengetahuan spiritual yang lebih tinggi.
Namun Weda, mengantar lebih jauh ke dalam level pemahaman spiritual yang lebih
maju. Jadi, ini seperti philosofi satu miliar dollar yang karena kedalaman
kesadaran dan wawasannya, telah menggabungkan semua pertanyaan berharga sepuluh
dolar ini.
Buku Yang Membuat Merinding
Saya mengucapkan terima kasih atas kiriman buku “Hindu Agama Terbesar di
Dunia”, yang dikirim oleh Bapak I Putu Suarsana, bagian sirkulasi Media Hindu,
Jakarta. Demikian pula kepadaBapak-Bapak lain yang turut berinisiatif
mengirimkan buku yang sangat berharga itu, saya ucapkan terima kasih.
Seperti kebiasaan kutu buku langsung dilahap. Baru pada Bab “Pengantar” oleh
Bapak Ngakan Made Madrasuta dihalaman xi saya sudah merinding karena disitu
dijelaskan kenapa Hindu disebut sebagai agama terbesar di dunia. Kalau boleh
saya resume-kan (terutama bagi rekan-rekan yang belum sempat memiliki buku ini),
maka jawabannya adalah :
1. Agama Hindu melayani keperluan spiritual setiap manusia karena aspek-aspeknya
sangat luas dan dalam.
2. Agama Hindu memiliki kasih yang tulus, toleransi dan apresiasi yang murni
terhadap agama-agama yang lain
3. Agama Hindu tidak dogmatis dan terbuka untuk diuji kebenarannya tentang
unsur-unsur srada (keyakinan)yang dimilikinya.
4. Agama Hindu percaya pada sebuah dunia yang adil karena setiap manusia
dibimbing oleh hukum karma menuju kepada kesucian roh yang pada gilirannya akan
bersatu dengan Tuhan (Moksa).
5. Agama Hindu memiliki gudang ilmu pengetahuan yang tidak habis digali oleh
manusia guna meningkatkan kwalitas kehidupannya.
Kelima butir jawaban itulah yang patut kita sampaikan kepada diri kita sendiri,
maupun kepada orang lain dalam “memperkenalkan” Hindu. Kelima butir jawaban itu
pula dapat digunakan untuk memacu diri kita masing-masing dalam upaya mendalami
Hindu.
Selanjutnya di halaman xiii : Agama Hindu sedang berkembang menjadi agama
universal yang sesungguhnya dan menjadi rumah bagi semua religiusitas yang murni.
Penyebaran agama Hindu terutama tidaklah melalui para “guru” tetapi melalui para
intelektual dan penulis. Kalimat ini perlu direnungkan dalam-dalam, dan saya
kemudian mempunyai beberapa kesimpulan:
1. Mereka yang masuk menjadi pemeluk Hindu, dan mereka yang bertahan dalam Hindu
adalah pemikir yang rasional dan moderat; maka sebaliknya mereka yang berpindah
agama atau tidak mempertahan-kan Hindu adalah orang yang tersesat menuju
kemunduran spiritual.
2. Untuk menjadi “universal” haruslah ditempuh upaya-upaya meningkatkan kwalitas
beragama, mendalami filsafat Hindu dan tidak terbelenggu pada ritual yang
bertele-tele serta membuang jauh-jauh pola pikir dan prilaku yang “meracuni”
Hindu, misalnya feodalisme dan fanatisme tradisi-tradisi beragama yang
menyimpang dari Veda.
Sejak saya memimpin PHDI Buleleng banyak sekali orang-orang asing yang minta
di-suddi wadhani-kan menjadi Hindu. Mulai tahun 2000 rata-rata setahun ada 50
orang, kebanyakan dari negara-negara Eropa : Belanda, Belgia, Norwegia, Denmark,
dan Rusia. Belum ada dari Inggris, Perancis, Italia, Spanyol, Portugis, dll.
Dari Asia baru ada orang Jepang, itupun karena perkawinan dengan orang Hindu
(Bali). Yang terbanyak dan serius belajar Agama Hindu adalah orang Belanda,
Belgia dan Denmark.
Beberapa orang yang upacara suddi wadhani-nya saya tangani
langsung menyatakan bahwa mereka masuk Hindu mula-mula karena membaca
artikel-artikel dan buku-buku Hindu, kemudian tertarik pada falsafah Hindu,
belajar Yoga, Meditasi, akhirnya merasa damai dan tentram menjadi Hindu. Lalu
pertanyaan saya selanjutnya, kenapa memilih Bali sebagai tempat tinggal dan
melakukan upacara suddi wadhani ? Jawaban mereka : Bali mempunyai getaran
fibrasi kesucian yang tinggi. Nah itu “laporan” saya untuk dikaji oleh
rekan-rekan.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih dan salut atas upaya-upaya Bapak Ngakan
Made Madrasuta dalam mencerdaskan kita melalui tulisan-tulisan/terjemahan
buku-buku yang beliau susun. Semoga Hyang Widhi Asung Wara Kertha Nugraha.
(Ida Pandita Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi).
No comments:
Post a Comment